Senin, 16 Mei 2011

aku emang ga pernah bisa bener ya di mata kamu, aku selalu salah, aku cuma bisa bikin kamu menderita,padahal ga ada sedikitpun niat buat itu,aku ga ngerti dimana salahnya,apa aku yang emang slalu salah atau emang kamu terlalu pengen semuanya sesuai sama yang kamu pengen? mungkin aku aja yang selalu salah, yang aku tau aku ga boleh ngerasa sakit hati, ga boleh ngerasa kesel, ga boleh marah, ga boleh cape, harus slalu ada disaat kamu butuh,harus slalu bisa bikin suasananya nyaman, ga boleh lupa, ga boleh telat, semuanya harus perfect sama yang kayak kamu pengen. sayangnya aku cuman manusia biasa dan mungkin terlalu biasa sampai2 kamu slalu marah sama aku. aku mungkin emang terlalu jauh sama tipe cowo yang kamu pengen. bahkan hidup aku aja udah banyak nyusahin kamu. aku ga ngerti banget. padahal aku sayang banget sama kamu, niatnya pengen bikin kamu bahagia, tapi malah bikin kamu menderita. padahal aku ngerasa udah sabar banget buat kamu, aku simpen baik2 sakit hati aku, aku coba baik2 tapi nyatanya aku tetep salah di mata kamu. aku ga ngerti sama yang kamu pengen apa, sampai2 gara2 masalah kecil aja dampaknya bisa gede banget, " karena nila setitik rusak susu sebelanga" tuh ternyata iya banget kayak yang aku rasain, aku coba tahan semuanya karena aku sayang kamu,maaf kalo malah bikin kamu menderita, sampai sekarang pun aku masih belum bisa ngertiin kamu, sekali lagi aku cuma bisa bilang maaf doang, sebenernya aku pengen bisa gantiin banyu, tapi terlalu jauh kayaknya, maaf ya walaupun kamu bosen dengernya, cuma kata2 itu yang bisa aku bilang, ga ada sedikitpun maksud buat nyakitin kamu sumpah, aku pengen bikin kamu bahagia, karena aku sayang kamu. aku cuma pengen bilang aku sayaaang banget sama kamu..

Minggu, 07 November 2010

heneug

aslinya tanggal 6 november 2010 heneug banget
udah ngebela-belain buat tampil yoyo di semarak tpb,udah pulang minjem lyn fury,mnjem free hand zero k a arif,udah latihan tiap hari,udah bawa yoyo tiap hari ke kelas,udah ngebela-belain ga pulang buat acara semaraknya,eh tanpa alasan yang logis ga jadi tampil,aslina heneug nepi ka ulu hate !!!

Sabtu, 28 Agustus 2010

ibu

ibu....
kau begitu cantik .. . ..
kau begitu tegar . . .
kau begitu sabar . .
ku teringat ketika kau melahirkanku . .
kau berusaha dengan mempertaruhkan nyawamu untuk melahirkanku . .
dan ketika ku lahir...
kau berikan senyuman terindahmu untuk anakmu ini...
walaupun kau menahan rasa sakit , ,
walaupun kau mempertaruhkan nyawamu untuk ku...
kau tersenyum melihatku . . .
dengan senyum kebahagiaan . .
ibu...
ketika ku masih bayi . .
ketika ku menangis di malam hari . .
engkau bangun untuk ku . .
untuk menenangkanku . .
tanpa rasa lelah dan tanpa menggerutu . .
ibu . .
disaat ku buang air ,. .
engkau begitu setia untuk membasuh kelaminku . .
dengan halus dan tanpa rasa kesal . .
ibu . .
ketika ku kecil . .
ku begitu sering mengabaikan perintahmu . .
ku sering melanggar perintahmu . .
ku sering berbohong kepadamu . .
ibu . . . .
maafkan anakmu ini . .
aku sangat sayang kepadamu ibu . .
sayaaaaaaaaaaaaaaang sekali :)

Minggu, 15 Agustus 2010

30 FADHILAH SHOLAT TARAWIH

Berikut ini fadilah- fadilah shalat tarawih, semoga bermanfaat dan bisa menambah kita menjadi semangat untuk beribadah.

1. Barang Siapa yang melaksanakan shalat Tarawih pada malam pertama ( 1 Ramadhan ), Allah Swt . akan mengampuni dosanya seperti bayi baru dilahirkan ibunya.

2. Barang siapa yang melaksanakan sholat tarawih pada malam ke 2, allah swt Akan mengampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya.

3. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawih pada malam ke 3, Malaikat akan memanggil dari bawah Arsy dan Allah akan mengampuni dosa-dosanya terdahulu.

4. Barang siapa yang melaksanakan sholat tarawih pada malam ke 4 , maka pahalanya seperti pahala orang yang membaca kitab taurat,kitab jabur,kitab injil, dan Kitab Alqur’an

5. Barang siapa yang melaksanakan shalat Tarawih pada malam ke 5, Allah akan memberikan pahala seperti orang yang sholat dimasjidil haram dan masjidil aqso

6. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawih pada malam ke 6 , allah akan memberikan pahala seperti orang yang thowaf di baitul ma’mur dan Allah akan mengampuni dosanya.

7. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawih pada malam ke 7, allah akan memberikan pertolongan seperti pertolongan allah kepada nabi musa A.S dari fir’aun dan Hamman.

8. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 8 , allah akan memberikan pahala seperti pahala yang telah Allah berikan kepada nabi Ibrahim As

9. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 9, Allah akan memberikan pahala seperti pahala ibadahnya Nabi Muhammad SAW

10. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 10, Allah akan memberikan rizki kebaikan dunia akhirat.

11. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 11, maka ketika ia keluar dari dunia seperti baru dilahirkan dari perut ibunya.

12. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 12, maka ia datang pada hari kiamat dan wajahnya seperti bulan purnama

13. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 13, maka ia akan datang pada hari kiamat diselamatkan dari setiap kejelekan .

14. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 14, malaikat akan datang dan mereka bersaksi bahwa dia shalat tarawih. Maka allah tidak akan menghisabnya pada hari kiamat.

15. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 15, malaikat rohmat , Arsy, dan kursy akan membaca shalawat kepadanya.

16. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 16, Allah akan menulisnya bebas dari neraka dan masuk ke dalam surga .

17. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 17. Allah akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala para nabi.

18. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 18, Malaikat akan memanggilnya : “Wahai Hamba Allah, sesungguhnya Allah Ridho pada engkau.

19. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 19, Allah akan mengangkat derajatnya dalam surga firdaus.

20. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 20, Allah akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala para sahabat.

21. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 21, Allah akan membangun Rumah untuknya disurga yang terbuat dari cahaya.

22. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 22, ia akan datang pada hari kiamat dan diselamatkan dari berbagai kesusahan.

23. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 23, Allah akan membangun sebuah kota disurga untuknya.

24. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 24, Allah akan mengabulkan dari 24 Doanya.

25. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 25, Allah akan mengangkat baginya dari siksa kubur.

26. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 26, Allahk akan mengangkat pahalanya selama 40 tahun.

27. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 27, ia akan berjalan di jembatan shirothol mustaqim bagai kilat yang menyambar.

28. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 28, Allah akan mengangkatnya 1000 (Seribu) derajat didalam surga.

29. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 29, Allah akan mengabulkan 1000 (Seribu) Hajatnya.

30. Barang siapa yang melaksanakan shalat tarawaih pada malam ke 30, Allah berfirman, “Wahai Hambaku, makanlah dari buah buahan surga dan mandilah disungai salsabil dan minumlah dari telaga kautsar” kemudian Allah Berfirman : “ aku tuhanmu dan engkau hambaku.

Dikutip dari Kitab Durothun Nasihin
Karangan Ustman Bin Hasan Bin Ahmad Sukr al-khaubawae

itb

setelah sekian lama tidak posting sekarang posting lagi . .haha
sekarang mau nyeritain tentang itb nih . .
alhamdulillah sekarang sudah masuk itb setelah melalui beberapa tahapan. .
dimulai dari seleksi beasiswa pelopor sampai akhirnya tes pmbp itb dan akhirnya alhamdulillah masuk . .
alhamdulillah dapet pengalaman yang sangat berharga buat saya sendiri,
disana saya mendapatkan pembelajaran tentang semangat hidup, pantang menyerah, kebersamaan, saling berbagi, proses kedewasaan dan banyak lagi yang bisa didapatkan dari sana..
sungguh pengalaman yang sangat luar biasa sekali . .
alhamdulillah sekarang saya masuk fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam..
saya ingin menjadi peraih ganesha price seperti kak gilang fardanea yang mendapatkan ganesha price pada tahun ini . .
saya juga ingin menjadi mahasiswa terbaik fmipa dan ingin menyumbangkan emas pada ajang olympiade sains internasional . .
ingin mendapatkan sertifikat ip terbaik setiap semesternya agar bia mendapatkan ipk cum laude dan mudah - mudahan mendapatkan summa cum laude seperti pak habibie ketika d german .. Amin

Sabtu, 16 Januari 2010

sabtu 16 januari 2010 18.07 wib

hari : sabtu
tanggal : 16
bulan : januari
tahun : 2010
jam : 18.07 wib
abad : 21
minggu ke : 3
tempat : lapang karanganyar
telah terjadi peristiwa yang ditunggu - tunggu selama kurang lebih 5 bulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
:-)
pokoknya seneeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeng bangeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeetttttttttttzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz ...................................................

Senin, 02 November 2009

"The Story of An Hour"

Kate Chopin (1894)

Knowing that Mrs. Mallard was afflicted with a heart trouble, great care was taken to break to her as gently as possible the news of her husband's death.

It was her sister Josephine who told her, in broken sentences; veiled hints that revealed in half concealing. Her husband's friend Richards was there, too, near her. It was he who had been in the newspaper office when intelligence of the railroad disaster was received, with Brently Mallard's name leading the list of "killed." He had only taken the time to assure himself of its truth by a second telegram, and had hastened to forestall any less careful, less tender friend in bearing the sad message.

She did not hear the story as many women have heard the same, with a paralyzed inability to accept its significance. She wept at once, with sudden, wild abandonment, in her sister's arms. When the storm of grief had spent itself she went away to her room alone. She would have no one follow her.

There stood, facing the open window, a comfortable, roomy armchair. Into this she sank, pressed down by a physical exhaustion that haunted her body and seemed to reach into her soul.

She could see in the open square before her house the tops of trees that were all aquiver with the new spring life. The delicious breath of rain was in the air. In the street below a peddler was crying his wares. The notes of a distant song which some one was singing reached her faintly, and countless sparrows were twittering in the eaves.

There were patches of blue sky showing here and there through the clouds that had met and piled one above the other in the west facing her window.

She sat with her head thrown back upon the cushion of the chair, quite motionless, except when a sob came up into her throat and shook her, as a child who has cried itself to sleep continues to sob in its dreams.

She was young, with a fair, calm face, whose lines bespoke repression and even a certain strength. But now there was a dull stare in her eyes, whose gaze was fixed away off yonder on one of those patches of blue sky. It was not a glance of reflection, but rather indicated a suspension of intelligent thought.

There was something coming to her and she was waiting for it, fearfully. What was it? She did not know; it was too subtle and elusive to name. But she felt it, creeping out of the sky, reaching toward her through the sounds, the scents, the color that filled the air.

Now her bosom rose and fell tumultuously. She was beginning to recognize this thing that was approaching to possess her, and she was striving to beat it back with her will--as powerless as her two white slender hands would have been. When she abandoned herself a little whispered word escaped her slightly parted lips. She said it over and over under hte breath: "free, free, free!" The vacant stare and the look of terror that had followed it went from her eyes. They stayed keen and bright. Her pulses beat fast, and the coursing blood warmed and relaxed every inch of her body.

She did not stop to ask if it were or were not a monstrous joy that held her. A clear and exalted perception enabled her to dismiss the suggestion as trivial. She knew that she would weep again when she saw the kind, tender hands folded in death; the face that had never looked save with love upon her, fixed and gray and dead. But she saw beyond that bitter moment a long procession of years to come that owuld belong to her absolutely. And she opened and spread her arms out to them in welcome.

There would be no one to live for during those coming years; she would live for herself. There would be no powerful will bending hers in that blind persistence with which men and women believe they ahve a right to impose a private will upon a fellow-creature. A kind intention or a cruel intention made the act seem no less a crime as she looked upon it in that brief moment of illumination.

And yet she had loved him--sometimes. Often she had not. What did it matter! What could love, the unsolved mystery, count for in the face of this possession of self-assertion which she suddenly recognized as the strongest impulse of her being!

"Free! Body and soul free!" she kept whispering.

Josephine was kneeling before the closed door with her lips to the keyhold, imploring for admission. "Louise, open the door! I beg; open the door--you will make yourself ill. What are you doing, Louise? For heaven's sake open the door."

"Go away. I am not making myself ill." No; she was drinking in a very elixir of life through that open window.

Her fancy was running riot along those days ahead of her. Spring days, and summer days, and all sorts of days that would be her own. She breathed a quick prayer that life might be long. It was only yesterday she had thought with a shudder that life might be long.

She arose at length and opened the door to her sister's importunities. There was a feverish triumph in her eyes, and she carried herself unwittingly like a goddess of Victory. She clasped her sister's waist, and together they descended the stairs. Richards stood waiting for them at the bottom.

Some one was opening the front door with a latchkey. It was Brently Mallard who entered, a little travel-stained, composedly carrying his grip-sack and umbrella. He had been far from the scene of the accident, and did not even know there had been one. He stood amazed at Josephine's piercing cry; at Richards' quick motion to screen him from the view of his wife.

When the doctors came they said she had died of heart disease--of the joy that kill